Koneksi Cinta Hamas

Oleh : Redaksi 15 Jun, 09 - 12:30 am

Ya Allah, tidakkah ada satu saja untukku?
Ia senantiasa dicap Barat sebagai “teroris”. Tetapi mengapa rakyat, khususnya bujangan begitu menyayanginya?
Pada usia 29 tahun, Tahani dianggap sebagai seorang perempuan yang enggan menikah menurut standar masyarakat umum di Gaza. Untuk itu dalam usahanya mencari seorang suami, ia mencari bantuan dari pihak yang terbaik : kelompok pejuang Hamas.

"Saya melihat semua laki-laki di jalan dan berpikir, 'Ya Allah, tidakkah ada satu saja untukku?" Kata perempuan muda berkulit gelap, mata berwarna madu, dan memakai kerudung marun ini.

Aplikasinya adalah salah satu dari 287 yang diajukan oleh perempuan ke Tayseer Association for Marriage and Development di Gaza.
Foto-foto yang distaples bersama dengan formulir aplikasi, memperlihatkan gambar perempuan-perempuan yang berkerudung, diantaranya ada yang memakai riasan wajah, sebagian tersenyum, sebagian lain terlihat seperti terkejut. Mereka semuanya ingin mendapatkan seorang suami, dan pendukung Hamas menjalankan asosiasi tersebut dengan tujuan membantu para perempuan mendapatkannya.
Hamas dikenal dengan usahanya yang gigih menjalankan program kesejahteraan untuk rakyat miskin. Yang mana program itu menjadikan Hamas mendapat dukungan politik yang kuat di Gaza, wilayah yang menjadi sangat miskin karena Israel dan Mesir melakukan blokade sampai saat ini. Dan sekarang kelompok ini melebarkan usahanya ke dalam urusan "hati".

"Ini adalah visi kami yang berkaitan dengan kemanusiaan," kata Wael Zard, Direktur Tayseer Association. "Program ini membuat orang-orang dekat dengan Hamas dan membuat Hamas dekat dengan rakyat."

Pengantin Wanita pada Pernikahan Massal Hamas

Pengantin Pria pada Pernikahan Massal Hamas
Layanan perjodohan Tayseer membantu laki-laki dan perempuan. Khusus untuk perempuan layanan ini sangat membantu karena menjadi bujangan sangatlah sulit di Gaza. Mereka sering diperlakukan sebagai "pembantu" tanpa bayaran di keluarga besar mereka. Dan menurut Naser Mahdi, sosiolog di Gaza, kesulitan ekonomi menjadikan urusan pernikahan semakin tidak mudah.

Laki-laki yang berasal dari kelas menengah -- yang jumlahnya semakin berkurang -- dengan pendapatan tetap, bisa bebas memilih perempuan yang paling cantik untuk mereka. Sedangkan perempuan lainnya harus berusaha keras untuk mendapatkan pasangan yang cocok. Sementara itu keluarga-keluarga yang miskin biasanya malas untuk menikahkan putri-putri mereka, dengan harapan mereka tidak kehilangan sumber penghasilan dari putrinya.

Sudah sekitar 40 pernikahan yang telah dilaksanakan oleh Tayseer sejak asosiasi itu membuka departemen perjodohan di tahun 2007. Sebagian besar perempuan mendaftar secara rahasia, karena di Gaza mencari jodoh dengan cara "tradisional" merupakan hal yang tabu. Para gadis kebanyakan menikah melalui perjodohan yang diatur oleh keluarga. Kencan hampir tidak ada, dan "pernikahan dengan cinta" adalah sesuatu yang baru.

Tahani, yang hanya ingin disebut nama depannya saja karena ia mendaftar ke Tayseer tanpa diketahui keluarga, menceritakan bahwa ia sudah mendaftar ke Tayseer sejak 1 tahun lalu. Ibunya meninggal saat ia masih kecil, dan tidak ada kerabatnya yang mau membantu untuk mencari pasangan.

Wanita muda ini mengatakan bahwa ia semakin mantap untuk mencari suami setelah serangan 3 minggu Israel terhadap Hamas yang berakhir Januari lalu. Saat itu Israel membunuh ratusan orang sipil, penduduk Gaza terjebak di rumah-rumah dan pengungsian, tanpa tahu di mana bom berikutnya akan meledak.

"Abang-abang saya memeluk istri mereka ketika mereka ketakutan. Saya merasa kesepian," kata Tahani seorang lulusan universitas jurusan ilmu sosial.

Kebanyakan perempuan malu ketika pertama kali mereka memasuki kantor asosiasi, kata perantara perjodohan di Tayseer, Nisrin Khalil, 21 tahun.

"Saya berkata kepada para gadis itu, jadilah seperti Khadijah!" kata Khalil merujuk istri Nabi Muhammad yang pertama.

Sebagaimana diketahui, Khadijah melamar Nabi Muhammad yang jauh lebih muda usia darinya. Seakan hal itu memberikan pesan yang kuat kepada para perempuan: "Fisrt lady-nya Islam" mematahkan tradisi konservatif Arab lebih dari 1,400 tahun lalu, dan mereka para perempuan bisa menaklukkan tradisi Gaza sekarang.

Para pendaftar yang membayar USD 10-70, dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai kelayakan mereka. Perempuan di bawah usia 25 tahun lebih mudah untuk dinikahkan, sementara perempuan yang berusia 30 tahun keatas atau janda perlu perjuangan.

Namun, dalam keadaan di mana Gaza diliputi kemiskinan seperti sekarang ini dan meskipun tradisi konservatif mengikat kuat, ada harapan khusus untuk perempuan yang mempunyai pekerjaan. Jika ia mempunyai penghasilan, maka kategori yang lain bisa dikalahkan. Demikian menurut perantara perjodohan.

Di lembaran aplikasi mereka, para perempuan itu menuliskan kriteria laki-laki ideal mereka. Kebanyakan menginginkan seorang Muslim yang shaleh yang memiliki pekerjaan dan tempat tinggal sendiri. Kriteria itu yang paling dicari di Gaza.

Mereka juga harus menggambarkan penampilan fisik mereka dan menjawab pertanyaan "sulit": "Apakah menurutmu kamu itu cantik menurut ukuran Gaza?"

Cantik menurut kebanyakan orang Gaza berarti tinggi, warna kulit terang, bermata biru atau hijau dengan warna rambut yang terang. Biasanya laki-laki mencari yang seperti itu. Namun, kebanyakan perempuan Gaza memiliki warna rambut yang gelap dan warna kulit kecoklatan.

"Jika kami mendapatkan seorang gadis yang sepertinya cocok untuk seorang laki-laki, namun secara fisik ia tidak memiliki kriteria yang diinginkan, saya akan memanggil laki-laki itu dan berkata, 'Ya, ia cantik, tapi warna kulitnya gelap.' atau 'Dia pendek tapi kulitnya putih.' Kami berusaha membuat mereka agar berpikir lebih realistis," kata Khalil.

Layanan perjodohan lainnya di Gaza tidak begitu diminati. Tayseer sendiri awalnya didirikan untuk membiayai dan menyelenggarakan nikah massal, sebuah layanan untuk orang miskin atau cacat yang tidak sanggup membiayai pernikahan. Bulan depan, direncanakan ada pernikahan massal untuk lebih dari selusin tuna netra orang Palestina.
Hamas dianggap kelompok teroris oleh Barat karena serangan-serangannya ke Israel -- termasuk diantaranya bom bunuh diri. Namun, Hamas sesungguhnya banyak membantu orang miskin dengan menyediakan kupon makanan, perawatan kesehatan dan banyak layanan lainnya. Jaringan sosialnya membantu kelompok itu dikenal dan memperoleh kemenangan atas rivalnya Fatah pada pemilu parlemen tahun 2006. Di tahun berikutnya Hamas berhasil mengendalikan Jalur Gaza, meskipun penuh pertentangan dengan Fatah.

Sekitar 40 orang laki-laki mendatangi Tayseer untuk mencari istri. Ketika para pegawai asosiasi mendapatkan yang cocok, mereka melakukan pertemuan rahasia, dengan para pegawai itu sebagai pendamping sesuai dengan aturan-aturan Islam. Jika pasangan itu cocok satu dengn yang lain, pengadilan tradisional Gaza mengambil alih peran.

Keluarga pihak laki-laki akan mendatangi pihak perempuan, mengatakan bahwa -- berdasarkan informasi "orang yang bermaksud baik" -- gadis itu ingin menikah. Perantara perjodohan tidak disebut, karena peran mereka masih dianggap tabu, kata Khalil.
Jika keluarga pihak perempuan setuju, diaturlah sebuah pernikahan. Sering kali para perempuan itu "mendorong" keluarga mereka untuk setuju, kata pegawai Tayseer.

Rania Hijazi, 29 tahun, mendaftar ke Tayseer Maret 2008 dan dua bulan kemudian menikah dengan Ashraf Farahat yang berusia 36 tahun. Ia mendatangi Tayseer karena takut perjodohan yang diatur keluarganya tidak akan membuahkan hasil.

"Saya merasa malu ketika mendaftar," kata Hijazi, yang sekarang sudah menjadi ibu. "Tapi kemudian saya berkata, 'Saya tidak akan mendapatkan suami dengan cara lain' dan saya berusaha untuk tegar."
Masih banyak perempuan-perempuan lain yang menunggu.
"Saya ingin mendapatkan seorang laki-laki, seorang suami," kata Tahani. "Menurut saya itu bukan sebuah keinginan yang egois." [ap/Di/hidayatullah]

0 Response to "Koneksi Cinta Hamas"

Post a Comment

DITUNGGU KOMENTARNYA