Para Dai Perlu Melek Teknologi Modern

By Republika
Para Dai Perlu Melek Teknologi Modern
BOGOR--Para pendakwah (misionaris) Islam Asia diminta untuk memperbaharui metode dakwahnya. "Dunia semakin kompleks, tantangan pun semakin besar, bila tidak mengikuti kemajuan zaman, dakwah yang kita lakukan tidak akan berhasil," ujar koordinator World Islamic Call Society (WICS) untuk Indonesia, Muhyiddin Junaidi, di sela-sela "Konferensi Pendakwah Asia Ketujuh" (The Seventh Conference of Asian Callers) yang berlangsung di Bogor, Selasa (28/7).

Menurutnya, para pendakwah harus mulai melek teknologi agar cara-cara dakwah yang dilakukan tidak ketinggalan zaman. "Kita tidak mungkin terus menerus terperangkap dengan cara dakwah yang primitif terus-menerus," ujarnya. Muhyiddin mengatakan, jaringan internet yang semakin luas dan berkembangnya dunia pertelevisian harus dimamfaatkan dengan baik. "Kita perlu bikin televisi Islam agar dakwah tersampaikan lebih cepat dan efektif," ujarnya.

Muhyiddin juga mengingatkan para pendakwah untuk mengkomunikasikan dakwahnya dengan tepat dan sopan. "Kita harus persuasif dan tidak konfrontatif dalam berdakwah," ungkapnya. Pendakwah hendaknya mampu merepresentasikan Islam sebagai agama yang penuh dengan kedamaian, mengikuti kemajuan zaman, agama yang memulai peradaban dunia serta pembentuk masyarakat yang madani.

Dakwah tak hanya dilakukan di mesjid tapi yang paling penting adalah mengimplementasikannya di dunia nyata melalui kelakuan. Para pendakwah sebaiknya tidak memaksakan bahasanya kepada jama'atnya, tapi hendaknya berbahasa mengikuti para jama'atnya. Selain itu Muhyiddin menganjurkan agar para pendakwah peka dengan permasalahan yang terjadi di masyarakat. "Bukan hanya soal aqidah yang disampaikan tapi juga memaknai berbagai permasalahan yang relevan dengan masyarakat," ujarnya.

Menurutnya terdapat tiga tantangan besar yang dihadapi dunia dakwah Indonesia saat ini. Pertama adalah masalah sekularisme. Menurutnya, paham sekularisme justru akan membuat Islam runtuh. Pemerintahan dan agama tidak bisa dipisahkan sema sekali. selain itu adalah masalah liberalisme. Muhyiddin mengingatkan agar jangan sampai masalah agama diserahkan kepada pasar. "Bila tidak akan terjadi tren beragama dan relativitas kebenaran," ujarnya. Terakhir adalah pluralisme. Agama yang paling benar adalah Islam, sedangkan agama lainnya tidak.

Tantangan yang tidak kalah pentingnya adalah memperkuat perekonomian rakyat. Hal ini penting untuk menyikapi masalah kristenisasi. "Gara-gara urusan perut, orang bisa dengan mudah menggadaikan agamanya," ujar Muhyiddin.

Pertemuan Ketujuh

Begitu besarnya tantangan yang harus dihadapi oleh para pendakwah Asia, membuat mereka merasa perlu untuk meningkatkan intensitas komunikasinya. Konferensi Pendakwah Asia Ketujuh (The Seventh Conference of Asian Callers) adalah salah satu cara mereka untuk berbagi informasi. "Kami berbagi pengalaman dan mencoba memecahkannya bersama-sama," ujar Muhyiddin yang juga menjabat ketua panitia konferensi tersebut. Konferensi World Islamic Call Society (WICS) ini mengundang puluhan pendakwah atau misionaris muslim dari 26 negara di Asia dan Australia.

Pertemuan tersebut diharapkan dapat menyusun rencana aksi bagi para pendakwah Asia dan Australia hingga lima tahun ke depan. Dari konferensi tersebut diharakan pula agar para pendakwah menemukan solusi paling bijak untuk membawa umat Islam ke luar dari kungkungan materialisme, Individualisme, dan konsumerisme.
Selain mengadakan konferensi, WICS juga membanngun Gaddapi Islamic Centre dengan kapasitas 10.000 majelis. Pusat kegiatan Islam didirikan di Bogor dan diresmikan Ahad (26/7) lalu. Islamic centre ini dilengkapi dengan pemukiman Islam yang dinamakan Bukit Al Zikra. Pemukiman tersebut seluas 60 hektar dan baru 420 unit rumah yang sudah selesai pembangunannya. Rencananya akan terdapat 2.500 unit rumah di lingkungan tersebut. fitria/taq

0 Response to "Para Dai Perlu Melek Teknologi Modern"

Post a Comment

DITUNGGU KOMENTARNYA