Aku (hermawan) dan Imam Tempo Doeloe 1998

BS081221701121915 Jam dinding sudah menunjukkan waktu pukul tujuh pagi, sudah waktunya kami berangkat ke sekolah karena sekolah kami masuk tepat jam setengah delapan pagi, jadi aku harus segera berangkat kalau tidak ingin dimaki-maki ibu ponatin guru kelas enam paling galak sejagat yang kerjaannya tiap hari adalah marah, dia mengajar semua mata pelajaran pada kelas 6A, semua mata pelajaran dia kuasai dan yang sangat dikuasai beliau adalah matematika dan setiap mengajar mata pelajaran ini beliau pasti marah-marah luar biasa Cuma hari sabtu beliau tidak marah karena pada hari sabtu tidak ada mata pelajaran Matematika.

Sebelum berangkat aku selalu memanggil-mangil imam sahabatku yang rumahnya berada di pojok rumahku, cara memanggilnya cuma dengan cara tepuk tangan, imam sudah mengerti dengan kode seperti itu karena hamper tiap hari aku melakukkannya jadi dia hafal betul dengn kode tepuk tanganku.

Aku tunggu satu dua menit tidak muncul juga dan aku tunggu sampai sepuluh menit dia tidak muncul juga ada apa gerangan dengan sahabatku ini.
Tanpa banyak fikir aku langsung menuju rumahnya untuk memastikan bahwa tidak terjadi apa-apa dengan sahabatku ini. Kulihat dia dari jarak sekitar lima puluh meter ,imam berada di dapur di depan tempat masak tempat masak yang di sebut orang kampong dan kebanyakan orang jawa adalah luweng yang terbuat dari tanah liat dan bahan bakarnya adalah kayu aku lihat imam sudah mandi dan sedang memakai handuk sarung yang kelihatan kumal, sudah biasa aku perhatikan imam memakai handuk dengna kain sarung kumal ini, mantab…. Aku dekatin dia antuk melihat apa yang sedang dilakukannya, aku langsung saja masuk ke dapur tanpa permisi dan kulihat imam sedang mengeringkan celana sekolahnya di atas api,., wah luar biasa bocah ini, tidak pernah aku melakukan pekerjaan seperti ini, mam kenapa dengan celanamu tanyaku kepadanya… masih basah karena dari kemarin di jemur ngak kering-kering ya dengan terpakasa aku keringkan dengan api, jawabnya, tertawa terbahak-bahak aku melihat kelakuan sahabatku ini, dasar orang udik kataku dalam hati.
Selesai dengan urusan celana basah itu kami langsung berangkat bersama menuju sekolahan dengan cara berlari supaya kami tidak telat karena kalau telat hukuman ibu ponatin sangatlah tidak manusiawi karena disuruh membersihkan WC yang baunya seperti WC yang satu tahun tidak pernah di bersihkan, jangan samapai kami terkena hukuman seperti ini karena kalau samapai kami terkena hukuman ini bukan hanya malu yang kami tanggung tapi juga bau yang menyengat hidung itu pasti menempel di pakaian kami dan membuat kami tidak doyan makan tiga hari tiga malam bisa kurus aku.
Akhirnya kami tiba di sekolahan kami tercinta sebelum lonceng sekolah dibunyikan, lonceng sekolah kami sangat luar biasa antiknya karena terbuat dari felk mobil bekas yang sudah berkarat dan di gantung tepat di depan pintu ruang guru. Mantab sekali suaranya kalau di pukul jarak satu kilo meter saja masih terdengar gaungnya, inilah hebatnya sekolah kami. Sekolah yang akan menciptakan generasi penerus bangsa. di depan sekolah kami sangat sejuk sekali karena ada pohon beringin tepat berada di tengah halaman sekolah, pohon ini yang membuat suasanya menjadi asri sekali, namun apabila malam sudah tiba kami tidak ada yang berani lewat di depan sokolah karena suasana angker yang di timbulkan dari keberadaan pohon beringin di tengan halaman sekolah inilah yang menimbulkan rasa merinding, padahal tidak ada apa-apa di pohon beringin itu tapi mitos dan cerita orang-orang tua kami yang selalu menceritakan bahwa setan mahluk halus lelembut dan sekutunya senang sekali tinggal di pohon beringin, karena mitos inilah kami benar-benar dibuat takut.
Lonceng sudah dipukul dengan sangat kerasnya waktu masuk sudah tiba, sebelum masuk ke dalam ruangan kami harus berbaris terlebih dulu menjadi empat bagian dan bagian yang paling lurus dan rapi akan di tunjuk oleh ketua kelas untuk masuk terlebih dahulu, acara paling konyol, ya mungkin ini untuk mendidik generasi muda supaya bisa disiplin dalam segala hal, dan terkadang satu bulan sekali ada acara potong kuku, jadi saat kami mau masuk ke dalam ruang kelas kami di periksa satu persatu untuk diperiksa kuku-kuku tangan kami apabila ada kuku panajang maka kami akan mendapatkan hadiah berupa pukulan di jari yang kukunya panjang. Paling enak yang berbaris di bagian belakang Karena masih sempat memotong kuku terlebih dulu sebelum dapat giliran untuk diperiksa, cara memotongnya dengan cara digigit-gigit sampai habis, itu adalah cara alami yang sering kami lakukan saat kami terdesak, daripada menerima hadiah pukulan dari bu guru kami yang sangat ganas ini.
Siap grakk !!!!!!!!!! lencang depan grak!!!!!!! Tegap grak !!!!!!! suara lantang ketua kelas memberi aba-aba bahwasannya barisan harus rapi dan lurus..... setelah kami semua masuk kedalam ruang kelas kami langsung duduk di tempat masing-masing aku berada tiga baris dari depan dan baris paling kiri tapat lurus dari tampat duduk guru.

0 Response to "Aku (hermawan) dan Imam Tempo Doeloe 1998"

Post a Comment

DITUNGGU KOMENTARNYA