Menggali Potensi Danau Kemuning, Bandar Sribhawono

Butuh Investor dan Perbaikan Infrastruktur Jalan
Selain Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Kabupaten Lampung Timur masih menyimpan beragam objek wisata yang berpotensi dikembangkan. Salah satunya Danau Kemuning di Dusun V, Desa Sribawono, Kecamatan Bandarsribawono. Namun, kurangnya perhatian pemerintah membuat kondisi danau ini memprihatinkan.

Laporan Dwi Prihantono, SUKADANA

KEJERNIHAN air Danau Kemuning merupakan daya tarik bagi pengunjung. Selain jernih, air danau alami juga sejuk karena banyak bebatuan yang berada di dalamnya. Di lokasi itu, pengunjung mandi atau sekadar menikmati kesejukan dan keindahan alam sembari duduk di atas bebatuan untuk melepaskan penat.

    Lokasi Danau Kemuning juga mudah dijangkau karena hanya terletak 1 km dari Jl. Ir. Sutami  (jalan raya Kecamatan Bandarsribawono). Jalan menuju lokasi itu juga sudah diaspal, sehingga mudah dilintasi kendaraan roda empat maupun dua.
    Selain itu, pengunjung juga dapat nyaman dan aman bila berada di lokasi tersebut. Sebab, masyarakat setempat menyambut baik bila ada pengunjung yang datang. Karena itu, lokasi tersebut selalu ramai dikunjungi masyarakat, terutama pada hari libur. Baik itu untuk sekadar bersantai, mandi, lalu makan bersama dengan keluarga maupun rekan-rekan mereka. 
    Heru, warga setempat, mengatakan, pengunjung yang sering datang untuk menikmati keindahan Danau Kemuning bukan hanya warga  Sribawono. Namun, juga dari daerah lain. Selain berpotensi sebagai objek wisata, Danau Kemuning juga merupakan salah satu sumber air bagi ribuan hektare areal persawahan yang berada di Kecamatan Bandarsribawono  dan Matarambaru.
    Sebab, Danau Kemuning merupakan sumber air bagi daerah irigasi Way Curup. ’’Masyarakat sangat mendukung bila Danau Kemuning dijadikan objek wisata. Sebab, pendapatan masyarakat setempat akan ikut meningkat dari usaha berdagang makanan,” ujarnya.  
    Namun, lanjut Heru, karena kurangnya perhatian dari pemerintah, kini kondisi Danau Kemuning mulai mengkhawatirkan. Itu terlihat dari terus menurunnya debit air di Danau Kemuning. Menurutnya, penurunan debit air danau itu merupakan salah satu dampak dari tidak berfungsinya kawasan hutan lindung Gunung Balak (Register 38). Padahal kawasan Register 38 merupakan daerah tangkapan air (catchments area) bagi daerah di sekitarnya, termasuk untuk Danau Kemuning. ’’Kini kawasan Register 38 dialihfungsikan masyarakat sebagai areal permukiman dan perladangan,” katanya.
    Heru mengatakan, bila penurunan debit air di Danau Kemuning tidak segera diatasi akan merugikan masyarakat Kecamatan Bandarsribawono, Matarambaru, Wayjepara, dan Labuhanmaringgai.  Sebab, turunnya debit air Danau Kemuning tidak hanya berpengaruh terhadap kebutuhan air masyarakat Kecamatan Bandarsribawono. Tapi, juga berpengaruh terhadap turunnya debit air Way Curup yang ada di Kecamatan Matarambaru. Sebab, sebagian besar airnya berasal dari Danau Kemuning. Way Curup sendiri berfungsi mengaliri ribuan hektare sawah yang ada di Kecamatan Matarambaru, Labuhanmaringgai, dan sebagian di Kecamatan Wayjepara.
    Menurutnya, untuk mengatasi hal itu, masyarakat Bandarsribawono  yang tergabung dalam Organisasi Pemuda Pencinta Lingkungan Hidup untuk Danau Kemuning (OP2LH-DK) beberapa tahun lalu telah berusaha melakukan penghijauan di sekitar danau tersebut. 
    ’’Kalau bukan kita sebagai masyarakat, siapa lagi yang mau peduli terhadap kondisi Danau Kemuning yang semakin hari kondisinya semakin memprihatinkan?” paparnya.
    Karena itu, Heru berharap pemerintah juga ikut peduli dengan kelestarian Danau Kemuning. Sebab, danau yang tadinya seluas 3 hektare, sekarang sudah semakin menyempit tinggal 2 hektare saja. Hal ini disebabkan tepian-tepian danau sudah dijadikan sawah dan ditanami padi oleh masyarakat penggarap liar. 
    ’’Kalau pemerintah tidak segera mengambil tindakan penyelamatan Danau Kemuning, selain akan kehilangan mata air yang menopang lima desa, juga akan kehilangan salah satu aset wisata yang belum tergali,” ucapnya. 
    Terpisah, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lamtim Sudarsono mengakui, kini keberadaan sejumlah objek wisata di Lamtim memang kurang terpelihara. ’’Tidak ada anggaran untuk pemeliharaan objek wisata itu,” katanya. 
    Kendati demikian, guna meningkatkan potensi pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor pariwisata, tahun ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata akan berusaha mengundang investor untuk mengelola objek-objek wisata yang ada.
    Upaya selanjutnya berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Lampung dan Lamtim guna perbaikan infrastruktur jalan menuju objek wisata. Sebab, salah satu penyebab minimnya kunjungan wisatawan ke Lamtim adalah terjadinya kerusakan jalan menuju objek wisata. ’’Ke depan, kami optimistis sektor pariwisata di Lamtim akan memberikan kontribusi bagi PAD dan pembangunan di Lamtim,” ungkapnya. (c2/adi)
radarlampung.co.id

1 Response to "Menggali Potensi Danau Kemuning, Bandar Sribhawono"

DITUNGGU KOMENTARNYA